Kekuatan militer
sangatlah vital keberadaannya bagi sebuah negara. Negara yang memiliki
kekuatan militer sangat kuat, akan dianggap sebagai negara yang sangat
makmur dan jauh dari kata kriminalisasi.
Kekuatan militer ibarat sebuah pondasi yang harus dibangun oleh sebuah
negara. Jika pondasi yang dibangun dengan sangat kuat, bukan tak mungkin
negara tersebut dapat berdiri dengan kokoh diatas negara lainnya.
Untuk itu banyak negara di dunia saling berlomba dengan negara lainnya
dalam membangun kekuatan militer kuat. Bahkan banyak negara yang tak
segan-segan mengeluarkan dana yang sangat besar demi perkembangan dan
kemajuan militer negaranya.
Semua kebutuhan yang berkaitan dengan militer seperti senjata, riset,
pelatihan, hingga biaya untuk gaji bagi para perwira dan prajurit akan
selalu di utamakan oleh negara.
Tapi tak berarti semua negara merasa butuh dan bergantung pada keberadaan militer. ternyata di dunia ini ada juga negara yang tidak menyukai keberadaan militer. Di kala negara lain sibuk dalam membangun kekuatan militernya, negara seperti Haiti malah menghapus keberadaan militer di negaranya.
Andorra
Nama Andorra sempat menjadi buah bibir saat negara kecil ini dengan
sangat berani menyatakan perang terhadap Jerman pada tahun 1914.
Bagaimana tidak, negara ini menyatakan perang terhadap negara sebesar
Jerman yang memiliki kekuatan militer sangat besar padahal saat itu
Andorra hanya memiliki 10 orang tentara.
Meski kini jumlah personil tentara mereka telah bertambah, jumlah
tentara di Andorra hanyalah 240 orang saja dan mereka sebenarnya hanya
difungsikan untuk menciptakan perdamaian semata, bukan untuk berperang.
Untuk mengatasi kondisi darurat militer yang mungkin melanda negara
mereka, pemerintah Andorra kemudian menjalin kerjasama dengan
negara-negara lain untuk menjadi pelindung mereka.
Saat ini tercatat ada dua negara yang menjadi pelindung Andorra yakni
Prancis dan Spanyol. Selain itu mereka juga memiliki ikatan kerjasama
dengan NATO sehingga pasukan NATO akan ikut membantu melindungi Andorra
jika diperlukan.
Federasi Mikronesia
Federasi Mikronesia meraih kemerdekaannya pada 1979, dan sejak itu
menghapuskan kekuatan militer nya. Pada 1986, mereka menandatangani
Compact of Free Association dengan Amerika Serikat, yaitu perjanjian
bahwa pertahanan Federasi Mikronesia menjadi tanggung jawab AS.
Selain itu, warga Mikronesia tidak perlu visa untuk bekerja di AS, dan begitu pula sebaliknya.
Sementara warga Mikronesia bergantung pada AS untuk pertahanan
negaranya, mereka juga dapat mendaftar pada angkatan bersenjata AS.
Ketika Amerika terlibat perang dengan Irak dan Afghanistan, jumlah
militer yang berasal dari warga Mikronesia yang tewas jauh lebih banyak
daripada militer yang berasal dari warga AS.
Haiti
Haiti adalah negara miskin, dan salah satu penyebab kemiskinan itu
karena kekacauan politik yang terjadi di sana. Ironisnya, kekacauan
politik yang menyebabkan berbagai masalah dan kekacauan itu disebabkan
oleh militer.
Pada 16 Desember 1990, Jean-Bertrand Aristide terpilih menjadi presiden
di Haiti. Kurang dari setahun, pemerintahannya dikudeta oleh militer.
Haiti pun kemudian mengalami pemerintahan militer sampai 1994, ketika
PBB akhirnya turun tangan dan dengan paksa menggulingkan kepemimpinan
militer Haiti.
Setelah Jean-Bertrand Aristide diangkat kembali menjadi presiden,
langkah awal yang dilakukannya adalah membubarkan angkatan bersenjata di
negaranya, sebelum mereka dapat menimbulkan masalah lebih lanjut.
Setelah militer Haiti dibubarkan, negara itu bergantung pada pasukan PBB
untuk masalah keamanan.
Kepulauan Solomon
Jika melihat kondisi geografis Kepulauan Solomon yang terdiri atas
ribuan pulau, maka akan terasa sangat aneh jika negara ini tidak
memiliki kekuatan militer sama sekali.
Langkah penghapusan kekuatan militer di Kepulauan Solomon diambil
pada tahun 1893 atau sejak Inggris menyatakan diri sebagai negara
protektorat dari Kepulauan Solomon. Selama Perang Dunia II negara ini
juga menjalin kerjasama dengan Inggris.
Dengan bantuan Inggris, Kepulauan Solomon terbukti mampu menjaga
stabilitas keamanannya sampai sekitar 1998. Akan tetapi sejak tahun 1998
hingga tahun 2006, keamanan negara itu banyak diwarnai dengan berbagai
konflik akibat kegagalan pemerintahan, kasus kejahatan, dan konflik
antar etnis.
Untuk memulihkan perdamaian di Kepulauan Solomon, Australia dan Selandia
Baru akhirnya memutuskan untuk ikut campur dan membantu mengatasi
keamanan di Kepulauan Solomon.
Kostarika
Kosta Rika akan baik-baik saja tanpa militer, itulah yang diyakini oleh
pemerintah dan rakyatnya. Faktanya, militer dihapus di negara itu,
karena dianggap lebih baik tidak ada.
Penghapusan militer itu dimulai pada 1948, ketika terjadi pergolakan
politik yang melibatkan militer, dan kemudian meledak menjadi perang
saudara yang berlangsung 44 hari dan menewaskan 2.000 orang.
Untuk memastikan konflik berdarah semacam itu tidak pernah terjadi lagi,
pemerintah yang baru pun segera menyusun sebuah konstitusi yang tidak
hanya menjamin pemilu bebas dan terbuka, tetapi juga menghapuskan
angkatan bersenjata negara itu.
Meski tidak lagi memiliki militer, Kosta Rika bukan berarti kehilangan
kekuatan. Pada 2011, negara itu menghabiskan anggaran sekitar US$ 300
juta untuk polisi bersenjata dan penjaga pantai, dengan persenjataan
setingkat militer.
Bahkan, anggaran pertahanan mereka telah berkembang tiga kali lebih
besar dari Nikaragua, negara tetangganya di utara, yang sering terlibat
dalam sengketa perbatasan dengan Kosta Rika.
Liechtenstein
Liechtenstein merupakan negara yang mengambil keputusan menghapus kekuatan militernya
secara sukarela. Penghapusan kekuatan militer Liechtenstein dilakukan
pada tahun 1868 setelah terjadinya Perang Austro-Prusia. Saat itu
keputusan ini diambil karena biaya untuk anggaran militer dianggap
terlalu mahal bagi negara ini.
Setelah penghapusan kekuatan militer tersebut, Liechtenstein kemudian
dibebaskan dari Konfederasi Jerman, dan sebagai akibatnya mereka harus
bertindak sendiri untuk menjaga stabilitas dan keamanan negaranya. ampai
saat ini tidak ada satupun negara yang tercatat memiliki perjanjian
kerjasama untuk melindungi negara ini jika suatu saat terjadi kondisi
darurat.
Marutius
Sejak memperoleh kemerdekaannya pada 1968, Mauritius menghapus kekuatan militer di negaranya,
dan tidak pernah mengembangkan pertahanan nasional. Sebagai negara
dengan ekonomi terkuat di Afrika, Mauritius hanya menghabiskan 0,3
persen dari produk domestik brutonya untuk pertahanan, yang terdiri dari
kepolisian, Special Mobile Force (SMF), dan penjaga pantai.
Secara keseluruhan, Mauritius hanya memiliki 10.115 personil yang bekerja pada badan-badan tersebut.
Badan-badan itu bertugas menangani segala sesuatu yang berhubungan
dengan keamanan, kerusuhan, sampai misi SAR, namun tidak ditujukan untuk
menangani pertahanan nasional. Meski begitu, Mauritius menerima
pelatihan kontraterorisme dari Amerika Serikat, dan penjaga pantainya
bekerjasama dengan Angkatan Laut India.
Panama
Panama mengalami masalah bahkan trauma dengan militer, dan hal itulah
yang menjadikan negara tersebut menghapuskan militernya. Pada 1968,
militer di Panama melakukan kudeta terhadap pemerintahan Arnulfo Arias
Madrid yang terpilih secara demokratis.
Itu merupakan kudeta ketiga kalinya, dan kudeta itu berhasil mengambil
alih kekuasaan. Setelah itu, militer memainkan peran utama dalam
pemerintahan Panama sepanjang 1980-an, ketika Jenderal Manuel Noriega
berkuasa.
Semula, Amerika mendukung Manuel Noriega. Tetapi, karena praktik
korupsi, perdagangan narkoba, dan kecurangan dalam pemilu tersebar luas
di Panama, ketegangan antara Panama dengan AS mulai meningkat.
Sampai kemudian, pada 1989, AS menginvasi Panama, menjatuhkan Noriega
dari kekuasaannya, dan mengantarkan Panama pada pemilu yang demokratis.
Karena ketidakpercayaan serta trauma masyarakat Panama yang mendalam
terhadap militer, pemerintah yang baru pun kemudian mengamandemen
konstitusi, dan membubarkan militer pada 1994. Meskipun memiliki
hubungan yang jauh lebih baik dengan AS, Panama tetap menolak izin AS
yang ingin mendirikan pangkalan militer di wilayah perbatasannya.
Vatikan
Saat ini Vatikan tercatat sebagai negara terkecil di dunia. Meski
demikian, negara ini memiliki posisi yang cukup penting di dunia karena
merupakan lokasi paling penting bagi umat Katolik Roma.
Karena begitu pentingnya negara ini, ada banyak kekuatan militer yang
dibentuk untuk melindungi negara ini dan sang Paus. Pasukan utama yang
dahulu pernah melindungi negara ini adalah Garda Noble dan Palatine
Garda. Namun sejak tahun 1970 Paus Paulus VI telah menghapuskan kedua
kelompok itu.
Saat ini yang bertugas untuk menjaga keamanan di Vatikan adalah pasukan
Kepausan Swiss Guard. Selain itu juga ada Gendarmerie Corps, tetapi
kelompok ini lebih dianggap sebagai kekuatan sipil daripada militer.
Mereka bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban umum, kontrol lalu
lintas, pengawasan perbatasan, dan menyelidiki kegiatan kriminal. Meski
kini tidak memiliki kekuatan militer sendiri, Vatikan tidak perlu merasa
takut jika negaranya diserang oleh negara lain.
Hal ini dikarenakan Italia bertanggung jawab sepenuhnya untuk melindungi
negara kecil yang terletak di dalam ibukota Italia tersebut.
Nah itulah kawan, negara-negara di dunia yang tidak memiliki kekuatan militer. Memang militer menjadi hal yang sangat penting bagi keamanan suatu negara. Militer menjadi penghuni garis depan dalam sebuah negara.
Memang tak salah bila negara saling berlomba dalam membangun kekuatan militer yang kuat. Namun untuk membangun negara yang kuat dan sehat tak hanya militer saja yang diutamakan, ekonomi serta politik di suatu negara juga harus diperhatikan.
Nah itulah kawan, negara-negara di dunia yang tidak memiliki kekuatan militer. Memang militer menjadi hal yang sangat penting bagi keamanan suatu negara. Militer menjadi penghuni garis depan dalam sebuah negara.
Memang tak salah bila negara saling berlomba dalam membangun kekuatan militer yang kuat. Namun untuk membangun negara yang kuat dan sehat tak hanya militer saja yang diutamakan, ekonomi serta politik di suatu negara juga harus diperhatikan.
No comments:
Post a Comment