Politik
menurut Aristoteles adalah Usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama. Sedangkan menurut Hans Kelsen pengertian
politik itu ada dua yaitu politik sebagai etik, yakni berkenaan dengan
tujuan manusia atau individu agar tetap hidup secara sempurna dan
politik sebagai teknik, yakni berkenaan dengan cara (teknik) manusia
atau individu untuk mencapai tujuan.
Namun dalam perkembangannya politik telah menjelma sebagai lambang
sebuah kekuasaan. Di sebuah negara politik selalu digunakan untuk
mendapatkan kekuasaan oleh banyak orang. Oleh karena itu tak heran jika
banyak orang yang terjun ke dunia politik karena ingin mendapatkan
kekuasaan di sebuah negara.
Dalam sejarah dunia, tercatat bahwa politik menjadi salah satu unsur
penting dalam sebuah negara. Banyak cara yang dilakukan agar orang bisa
masuk dalam dunia politik, mulai dari cara biasa hingga cara yang tak
biasa. Seperti pembunuhan politik yang sejak dulu menjadi salah satu
cara penyingkiran pemimpin politik dari kekuasaannya.
Ada banyak sekali pemimpin politik di dunia, termasuk Presiden, yang
menjadi korban pembunuhan politik. Ada dua motif utama pembunuhan
politik. Pertama, pembunuhan politik yang didorong oleh persaingan
politik untuk merebut kekuasaan. Kedua, pembunuhan politik yang didorong
oleh kepentingan negeri-negeri imperialis, khususnya AS, untuk
menyingkirkan pemimpin progressif di berbagai belahan dunia.
Mahatma Gandhi
Mohandas Karamchand Gandhi, atau sering dipanggil Mahatma Gandhi, adalah
bapak pembebasan India. Selama beberapa dekade, Gandhi memimpin gerakan
kemerdekaan India untuk lepas dari kolonialisme Inggris.
Gandhi adalah lulus sekolah hukum di Inggris. Ia kemudian mengawali
karirnya sebagai pengacara di Afrika Selatan, yang saat itu masih di
bawah kolonialisme Inggris. Namun, di sana, Gandhi justru menerima
perlakuan diskriminatif. Ia pernah diturunkan dari kereta api karena
bersikeras duduk di kursi klas utama yang diperuntukkan untuk kalangan
kulit putih.
Kembali ke India, ia memimpin gerakan kemerdekaan. Ia menggunakan metode
non-kekerasan dan pembangkangan sipil/boikot. Gerakan ini disebut
“Satyagraha” atau “Jalan Menuju Kebenaran”. Pada tahun 1920-an, ia
memimpin gerakan boikot barang-barang Inggris dan menyerukan sikap
non-koperasi (menolak kerjasama). Tahun 1930-an, ia memprotes pajak
garam oleh Inggris melalui long-march sejauh 250 mil.
Pada tahun 1940-an, tuntutan kemerdekaan menguat. Saat itu, penguasa
Inggris menangkap sejumlah tokoh pergerakan India, termasuk Gandhi. Ia
dipenjara selama 2 tahun. Pasca perang dunia ke-II, Inggris mulai
melunak dan menjanjikan kemerdekaan ke India. Namun, seperti biasa,
Inggris menjalankan politik pecah belah: memaksa India menjadi dua
negara dengan agama berbeda, yakni India (Hindu) dan Pakistan (Islam).
Gandhi menolak proposal itu.
Taktik pecah-belah Inggris itu berhasil membawa India dalam pertumpahan
darah antara Hindu dan Islam. Gandhi sendiri berusaha menyatukan Hindu
dan Islam untuk bersatu membentuk bangsa India. Gagasan itu ditolak oleh
Hindu garis keras.
30 Januari 1948, ketika sedang berdoa di halaman Birla House, New Delhi, Gandhi dibunuh oleh seorang pemuda Hindu garis keras.
Pemuda itu bernama Nathuram Godse. Ia menembak Gandhi dengan pistol
sebanyak tiga kali. Bapak nasional India itu tersungkur dan meninggal
hanya setengah jam kemudian.
John F. Kennedy
John Fitzgerald “Jack” Kennedy, sering disingkat JFK, adalah Presiden
ke-35 Amerika Serikat. Ia menjadi Presiden AS dari tahun 1961 hingga
tahun 1963. Sebelum menjadi Presiden, ia adalah politisi dari Partai
Demokrat.
Tak ada hal menonjol yang dilakukan Kennedy saat menjadi Presiden. Ia
menjanjikan dana yang lebih besar untuk pendidikan, jaminan kesehatan
bagi lansia, dan bantuan ekonomi untuk wilayah pedalaman.
Dalam politik luar negeri, kebijakan Kennedy tetap dalam konteks
memerangi komunisme. Pada masanyalah invasi Teluk Babi, yakni serangan
tiba-tiba AS terhadap Kuba, dilakukan.
Pada 22 November 1963, saat sedang melakukan lawatan ke negara bagian
Texas, JF Kennedy ditembak oleh seseorang. Ia tertembak di atas mobil
kepresidenan. Saat itu, pihak berwenang menetapkan Lee Harvey Oswald
sebagai pelaku pembunuhan Kennedy. Namun, hingga kini, kontroversi
mengenai pembunuhan Kennedy ini belum selesai.
Abraham Lincoln
Abraham Lincoln adalah Presiden ke-16 Amerika Serikat. Ia berkuasa dari
tahun 1861 hingga 1865. Pada tahun 1862, Ia menyampaikan Proklamasi
Emansipasi, yang bertekad menghapuskan perbudakan di Amerika Serikat.
Namun, keinginan Lincoln tidak mulus. Ia harus berhadapan dengan
kekuatan konservatif, terutama pemilik budak. Amerika pun terbelah dua:
negara-negara bagian Utara (yang anti-perbudakan) dan Selatan (yang
pro-perbudakan). Itu pula yang membuat Amerika terjerembab dalam perang
sipil selama 4 tahun.
Di akhir masa jabatannya, Lincoln masih mendorong amandemen ke-13
Konstitusi AS untuk menghapuskan perbudakan. Dan proyek Lincoln itu
berhasil. Sayang, keberhasilan Lincoln itu harus ditebus dengan
nyawanya.
Pada 14 April 1865, saat sedang menyaksikan pertunjukan teater, Abraham
Lincoln ditembak oleh oleh seorang pemain teater, John Wilkes Booth,
yang disusupkan oleh kelompok pro-perbudakan. Lincoln tercatat sebagai Presiden pertama AS yang jadi korban pembunuhan.
Patrice Lumumba
Dia dikenal sebagai bapak kemerdekaan Kongo. Ia lahir tahun 1925 di
Provinsi Kasai, Kongo. Tahun 1944, ketika tinggal di Stanleyville,
gerakan “évolués” (berkembang), yakni sekelompok pemuda berpendidikan
Kongo yang dipersiapkan untuk “memberadabkan” negerinya—mirip dengan
golongan etis di Indonesia di jaman kolonial.
Tahun 1957, Lumumba pindah ke Leopoldville—sekarang Kinshasa. Di kota
inilah Lumumba menemukan kesadaran politiknya dan bergeser ke
nasionalis-kiri.
Pada tahun 1959, Lumumba memimpin sebuah partai berhaluan pro-pembebasan
nasional, Gerakan Nasional Congolais (MNC). Karena haluan politiknya
yang radikal, MNC segera meraih dukungan luas dari rakyat Kongo. Pada
bulan Maret 1959, keanggotaan MNC sudah mencapai 58.000 orang.
4 Januari 1959, terjadi represi brutal. Sebuah aksi demonstrasi ditumpas
secara brutal oleh Force Publique (tentara Kongo)—mirip KNIL di
Indonesia. Ratusan rakyat tewas. Peristiwa ini mengubah kesadaran rakyat
Kongo untuk tidak percaya dengan janji manis kolonialis Belgia.
Perlawanan muncul di mana-mana. Lumumba sendiri ditangkap karena
aktivitasnya berpidato keliling mengagitasi massa rakyat. Dia baru
dibebaskan setelah dirinya dipanggil berunding di Brussel, Belgia, awal
tahun 1960.
Pada bulan Mei 1960, diselenggarakan pemilu nasional. Partainya Lumumba,
MNC, berhasil memenangi pemilu. Artinya, kehendak rakyat untuk merdeka
tak terbendung lagi. Dan, pada 30 Juni 1960, Lumumba membacakan
proklamasi kemerdekaan.
Sayang, kekuatan yang selama ini menghisap Kongo, yakni kolonialisme
Belgia, imperialisme AS, dan elit-kaya Kongo, tak nyaman dengan
kemerdekaan itu. Mereka kemudian bekerjasama dengan elit lokal bernama
Moise Tshombe, pimpinan partai reaksioner Conakat yang pro-penjajahan.
Sejak itulah Kongo terjerumus dalam kekacauan. Imperalisme AS punya
andil dalam menciptakan kekacauan. bulan September 1960, setelah melalui
konspirasi elit sayap kanan, kolonialis Belgia, dan Imperialisme AS,
Lumumba dipecat oleh parlemen dari jabatannya. Tindakan ini dilawan oleh
rakyat.
Joseph Mobutu, bekas seperjuangannya, berkhianat dan membelot mendukung
Belgia dan AS. Mobutu-lah yang menggulingkan pemerintahan Lumumba.
Namun, Lumumba masih sempat melarikan diri dari tahanan rumah dan
berkeinginan mengorganisasikan perlawanan.
Sayang, tanggal 1 Desember 1960, langkahnya terhenti. Ia ditangkap
tentara pro-Mobutu. Lumumba dan dua kawannya dieksekusi tanggal 17
Januari 1961. Mayatnya dipotong-potong kemudian dibakar tanpa menyisakan
bekas.
Salvador Allende
Salvado Allende adalah Presiden ke-29 Chile. Ia menjadi Presiden dari
tahun 1970 hingga 1973. Yang menarik, Allende adalah presiden berhaluan
marxis pertama di Amerika Latin yang berhasil merebut kekuasaan melalui
jalan parlemen.
Allende memenangkan pemilu pada September 1970 melalui kendaraan
politiknya, Unidad Popular, dengan perolehan suara 37%. Unidad Popular
sendiri merupakan gabungan Partai Sosialis, Partai Komunis, dan sejumlah
kelompok radikal.
Semasa berkuasa, Allende melakukan sejumlah kebijakan progressif,
seperti land-reform (reforma agraria), menaikkan upah buruh, dan
menasionalisasi sejumlah aset strategis. Hampir 60% bank swasta beralih
ke tangan kepemilikan publik.
Karena langkah-langkah progressif inilah, banyak kepentingan kapitalis,
baik domestik maupun asing, yang terancam. Mereka pun—dengan sokongan
AS—melancarkan upaya mendestabilisasi pemerintahan Salvador Allende.
Meski begitu, rakyat Chile tetap berpihak ke Allende. Pada 4 September
1973, sedikitnya 800.000 rakyat Chile bergerak ke Istana Moneda, Istana
Kepresidenan Chile, untuk menyatakan dukungan terhadap pemerintahan
Salvador Allende.
Rakyat saat itu meneriakkan: “Allende, Rakyat membelamu; memukul kaum
reaksioner!” Saat itu, rakyat Chile meminta dipersenjatai untuk melawan
ancaman sayap kanan, tetapi kurang direspon oleh pemerintahan Allende.
Sebaliknya, pada 11 September 1973, sayap kanan yang dikomandoi Augusto
Pinochet melancarkan kudeta militer. Istana Moneda dikepung oleh tank
dan dibombardir oleh pesawat tempur. Salvador Allende memilih tidak
menyerah dan bersiap bertempur hingga akhir. Saat itu, ia turut
menenteng senjata AK-47.
Beberapa versi menyebutkan, Allende melakukan bunuh diri dengan senjata
AK-47 yang dipegangnya. Namun, melalui film dokumenter yang dibuatnya
pada tahun 2004, Patricio Guzmán menyimpulkan bahwa Allende bunuh diri
dengan pistol. Tetapi, kontroversi kematian Allende belum berakhir.
Banyak rakyat Chile yang menyakini bahwa Allende dibunuh oleh militer
pendukung Pinochet.
Amilcar Cabral
Dia dikenal sebagai bapak kemerdekaan Guinea Bissau. Ia lahir di Bafata,
Guinea, tanggal 12 September 1924. Ia sempat kuliah di Universitas
Lisbon dan meraih gelar sarjana pertanian.
Setelah kembali ke negerinya, ia sempat menjadi ahli pertanian di
administrasi kolonial. Namun, penderitaan rakyat telah mengubah jalan
pikirannya. Ia pun mengorganisasikan perlawanan.
Tahun 1956, Ia membentuk Gerakan Pembebasan Rakyat Angola (MPLA). Pada
tahun yang sama, ia juga mendirikan Partai Afrika untuk Kemerdekaan
Guinea-Bissau dan Kepulauan Cape Verder (PAIGC).
Cabral kemudian memimpin perjuangan bersenjata gerilyawan PAIGC melawan
kolonialisme Portugis. Tahun 1972, Cabral mulai membentuk Majelis Rakyat
sebagai persiapan untuk kemerdekaan penuh. Sayang, ketika ia sedang
bersiap menuju Kongres Nasional untuk mengesahkan UU dan deklarasi
kemerdekaan, seorang agen Portugis menembaknya hingga mati. Itu terjadi
tanggal 20 Januari 1973.
Thomas Sangkara
Thomas Sangkara adalah bapak kemerdekaan Burkina Faso, negeri kecil di
Afrika Barat. Dia lahir 21 Desember 1949 di Yako, Burkina Faso. Setelah
tamat sekolah, ia menjadi anggota militer.
Ketika ia dikirim ke Madagaskar, ia menyaksikan pemberontakan rakyat di
sana. Kejadian itu sangat mempengaruhinya. Ia pun mulai menggandrungi
pemikiran Karl Marx dan Lenin. Ia membangun sel marxis di kalangan
tentara.
Pada tanggal 4 Agustus 1983, Thomas Sangkara melakukan pemberontakan
bersenjata. Dan berhasil. Begitu berkuasa, ia sangat ingin menjadikan
Burkino Faso sebagai negeri merdeka, anti-kolonialisme, dan
anti-imperialisme.
Meski ia anggota militer, tetapi Sangkara percaya pada kekuatan rakyat.
Seruan pertamanya ketika berkuasa adalah pembentukan komite-komite
revolusioner. Komite-komite inilah yang menjadi landasan bagi
partisipasi rakyat dalam revolusi. Komite ini disebut “Komite Untuk
Pertahanan Revolusi (CDR)”.
Ia juga mengobarkan perang terhadap korupsi. Ia juga memangkas gaji
pejabat negara. Sebaliknya, kapten berusia 33 tahun ini menyerukan
“hidup sederhana”. Ia menerima gaji sangat kecil, menolak fotonya di
pasang di gedung-gedung, dan meminta tiket ekonomi untuk semua
kunjungannya ke luar negeri.
Untuk keluar dari ketergantungan terhadap imperialis, Sangkara mendorong
rakyatnya untuk berproduksi untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam sebuah
pertemuan, Kapten Sankara bertanya, “Di mana imperialisme itu?”. Lalu,
ia menjawab sendiri, “Lihatlah piring anda ketika makan. Kau akan
melihat jagung impor, beras, dan gandum. Inilah imperialisme.”
Tentu, imperialis tak senang dengan langkah-langkah Sangkara. Akhirnya,
pada 15 Oktober 1987, Kapten Sankara dan 12 kawannya dibunuh oleh
kekuatan kontra-revolusioner yang dipimpin oleh Blaise Compaore.
No comments:
Post a Comment